Rabu, 22 Juni 2011

campur tangan agama atau madzhab luar Islam yang berperan ikut mewarnai aqidah ahli bid’ah


1. Syi’ah.

       Sebagaimana keterangan yang telah lalu, Abdullah bin Saba’-lah yang telah mempelopori timbulnya keyakinan yang berlebihan (al-Ghuluw) pada Imam Ali karromallahu wajhah. Al-Baghdadi mengatakan bahwa ahli tahqiq Ahlussunnah telah mengklaim bahwa Ibnu Sauda’ (Abdullah bin Saba’) dengan pemikiran-pemikiran Yahudinya bertujuan merusak Islam dengan menebarkan keyakinan yang berlebihan pada Imam Ali dan para ahlil bait, supaya umat Islam beraqidah pada Imam Ali sebagaimana orang Nasrani beraqidah pada Nabi Isa as. Ibnu Saba’ juga menebarkan keyakinan bahwa Imam Ali tidaklah wafat, namun naik ke langit sebagaimana Nabi Isa as. Dan nanti Imam Ali turun lagi ke bumi untuk mengadili dan menghukum musuh-musuhnya.34)

        Dari sini, jelaslah bahwa maksud utama tokoh Yahudi tersebut berpura-pura masuk Islam hanyalah untuk merusak Islam dengan ajaran-ajaran sesat dan Kufur. Dan Syi’ah yang berkedok mahabbah dan membela ahlul bait termakan rekayasa kotor Abdullah bin Saba’ tersebut. Bahkan menjadikan pemikiran sesat tadi sebagai dasar madzhab Syi’ah. Sampai Syi’ah sendiri bercabang-cabang dan pecah belah. Ada yang meyakini “kewasyian” bahkan “keuluhiyyahan” Ali dan para aimmah sesudahnya.

Memang sengaja orang-orang Persi menebarkan faham-faham bid’ah pada Syi’ah. Maksud utamanya adalah balas dendam pada Islam. Kenyataan tersebut telah ditemukan oleh Imam Ibnu Hazm. Katanya: “karena orang-orang Persi gagal memerangi Islam secara fisik, mereka akhirnya menempuh siasat lain untuk meruntuhkan Islam. Yakni dengan jalan halus berpura-pura masuk Islam dan membela Syi’ah dan mahabbah pada Ahlul Bait Rasulullah SAW serta mencela para Sahabat yang telah merebut hak Ali. Kemudian mereka memberi berbagai corak keyakinan sesat pada Syi’ah hingga sampai pada keyakinan yang lepas/ keluar dari Islam. 35)
Demikian kelicikan non muslim yang sengaja ingin menghancurkan Islam yang sampai saat ini diteruskan oleh kaum orientalis dan ”Syi’ah Iran Khomenei”.
2. Qodariyyah.
Yang pertama kali mengangkat pemikiran bid’ah qodariyah adalah seorang Nasrani barnama Sansuyah yang kemudian diteruskan oleh Ma’bad al-Juhani.36)
3. Jahmiyyah.
Ibnu Katsir menukil dari Ibnu Asakir; bahwa al-Ja’d mengambil pemikiran Jahmiyah dari Bayan bin sam’an, yang mengambilnya dari Thalut putra saudara perempuan Labid bin A’sham, dan Thalut mengambilnya dari Labid, seorang Yahudi Yaman yang pernah menyihir Rasulullah SAW. Dari Ja’d itulah kemudian Jahm bin Shofwan mengembangkannya bid’ah Jahmiyyah.37)
Dalam versi Ibnu Taimiyah disebutkan bahwa Ja’d bin Dinar termasuk penduduk Haran yang dihuni oleh kafir-kafir Shabi’ah dan para filosof.38) Dan mereka adalah orang-orang yang menafikan sifat Allah. Allah hanya memiliki sifat salbiyyah, idlofiyyah atau tersusun dari sifat salbiyyah dan idlofiyyah.
Dari pemikiran mereka inilah Ja’d menurunkannya pada Jahm bin Shofwan yang kemudian terkenal dengan aliran Jahmiyyah. Dan kesesatan pemikiran Jahmiyyah sebagaimana yang telah diriwayatkan Imam Ahmad telah sampai pada pernyataan bahwa Tuhan adalah sama dengan ruh yang tidak bisa dilihat, diraba dan didengar.39)
Demikian diantara timbulnya pemikiran sesat akibat pengaruh luar Islam(Yahudi, Nashrani, filsafat dan lain sebagainya) yang senantiasa menginginkan kehancuran Islam dengan pikiran-pikran kotor.


34) . al-Farq: 177, al-Milal: 177.
35) . al-Fashl: II/115.
36) . at-Thobaqot: VII/264.
37) . al-Bidayah: IX/350.
38) .  al-Fatawi: V/21.
39) .  ar-Rodd alal Jahmiyyah: 27-28.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More