KH Maioen Zubair

Jika matahari terbit dari timur, maka mataharinya para santri ini terbit dari Sarang. Pribadi yang santun, jumawa serta rendah hati ini lahir pada hari Kamis, 28 Oktober 1928. Beliau adalah putra pertama dari Kyai Zubair. Seorang Kyai yang tersohor karena kesederhanaan dan sifatnya yang merakyat. Ibundanya adalah putri dari Kyai Ahmad bin Syu'aib, ulama yang kharismatis yang teguh memegang pendirian..

AMALIYAH NU

Amalan-amalan orang-orang umum seperti pujian, walimatul hamli, ulang tahun semua ada keterangan dan dasarnya disini

SANTRI SARANG BLOGGER

BLOGGER SANTRI SARANG

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Aliran-aliran

Perpecahan pemeluk agama menimbulkan adanya....

Tampilkan postingan dengan label Aliran-aliran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Aliran-aliran. Tampilkan semua postingan

Senin, 19 Desember 2011

Tujuh Golongan Yang Dinaungi Allah SWT di Hari Kiamat

قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ، فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ، الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ، وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ، وَجَمَالٍ، فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى، حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ.

(صحيح البخاري)

Sabda Rasulullah saw : “Tujuh Golongan yg dinaungi Allah dihari kiamat yg tiada tempat berteduh selain yg diizinkan Nya swt, Pemimpin yg Adil, dan pemuda yg tumbuh dengan beribadah pd Tuhannya, dan orang yg mencintai masjid masjid, dan dua orang yg saling menyayangi karena Allah, bersatu karena Allah dan berpisah karena Allah, dan orang yg diajak berbuat hina oleh wanita cantik dan kaya namun ia berkata : Aku Takut pd Allah, dan pria yg sedekah dg sembunyi2, dan orang yg ketika mengingat Allah dalam kesendirian berlinang airmatanya” (Shahih Bukhari)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.

Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Suci dan Luhur, tiada satu pun dari segala yang terjadi dan yang diciptakan oleh Allah subhanahu wata’ala, kecuali merupakan bimbingan hikmah Ilahi untuk mencapai keluhuran, baik hal itu berupa musibah atau pun kenikmatan Dimana musibah yang terjadi itu menanti sifat sabar dari seorang hamba, yang mana sabar adalah merupakan penghancur musibah yang terkuat, namun tentunya diiringi juga dengan usaha, karena Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu untuk tidak member musibah, atau memberi musibah yang lebih besar dari musibah tersebut. Sayyidina Umar bin Khattab berkata : “Aku bersyukur dengan adanya musibah padaku, sebab beberapa hal, diantaranya karena Allah subhanahu wata’ala tidak menimpakan musibah pada imanku, kedua bahwa Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu memberikan musibah yang lebih besar dari musibah yang telah datang kepadaku, namun Allah subhanahu wata’ala hanya menurunkan musibah tersebut, dan ketiga dengan musibah itu Allah subhanahu wata’ala menghapus dosa-dosaku”. Hal ini sebagaimana sabda nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa segala musibah kesemua itu adalah penghapusan dosa, meskipun hanya sekedar kegundahan hati hal itu juga menghapus dosa. Dan kesabaran dengan adanya musibah yang puncak dari kesabaran itu adalah bersyukur, justru hal tersebut akan melebur musibah, sehingga musibah berubah menjadi kemudahan dan kenikmatan. Jika seseorang mempunyai anak kecil dan Allah member musibah denga sakit maka Allah subhanahu wata’ala akan memberi kesembuhan baginya, jika ada yang ditimpa kesempitan harta maka akan Allah limpahkan kemakmuran dan kecukupan harta baginya, dan jika seseorang mendapatkan masalah apapun maka Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu dan siap menyelesaikan seluruh masalah-masalahnya, dimana tidak ada satu makhluk pun yang mampu menyelesaikan seluruh masalah. Masalah apapun yang ada, Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu menyelesaikannya, bahkan sekecil-kecil permasalahan seekor semut kecil yang ingin mengangkat kakinya untuk melangkah hingga masalah perputaran alam semesta yang demikian luasnya. Hingga perasaan semut yang ketakutan ketika prajurit nabiyullah Sulaiman AS lewat, Allah pun mengetahuinya. Begitu juga perasaan seorang hamba yang dalam kesendiriannya merasa risau dan kebingungan, dan ia tidak mengatakan atau mengadukannya kepada orang lain, namun Allah subhanahu wata’ala melihat dan mendengarnya serta Maha Mampu dan siap untuk menghilangkan musibah dan kegundahannya. Namun Sang Maha Pengatur, Sang Maha Pemberi, Sang Maha memudahkan setiap permasalahan semakin hari semakin ditinggalkan oleh manusia, dimana ketika datang ajakan luhur namun ditinggalakan padahal mampu untuk melakukannya, karena Allah subahanahu wata’ala tidak membebani hamba lebih dari kemampuannya. Banyak orang yang belum mengerti Al qur’an namun ia layak membacanya meskipun belum mengerti maknanya, dan ada juga yang belum bisa membaca Al qur’an maka ia harus mempelajarinya, jika sibuk bagaimana? jika sangat sibuk bisa dengan mempelajarinya sekali dalam seminggu atau sekali dalam sebulan, namun dalam hati tidak ada perasaan menolak Al qur’an Al Karim. Demikian pula syariat Islam yang lainnya seperti hukum shalat, hukum wudhu’, hukum puasa, hukum zakat, hukum haji dan lainnya kesemua itu juga perlu dipelajari dimana kesemua itu dalam waktu ratusan tahun pun kita mempelajarinya hal itu tidak akan pernah selesai, namun selayaknya waktu luang kita jauh lebih baik kita isi dengan mempelajari ilmu-ilmu tersebut yang telah diajarkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, agar kita semakin mulia di sisi Allah subhanahu wata’ala. Seseorang yang dalam hidupnya ada niat atau keinginan untuk belajar dan juga mengerjakan pekerjaan atau aktivitas yang lainnya maka Allah subhanahu wata’ala akan memudahkan untuknya jalan menuju ke surga, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

مَنْ سَلَكَ طَرِيقاً يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْماً سَهَلَّ اللَّهُ لَهُ طَرِيقاً إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”

Guru mulia Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim Al Hafizh berkata dalam salah satu qasidahnya, yang artinya : “Ketika Allah subhanahu wata’ala membuka tabir penghalang manusia untuk melihat Allah, maka itulah saat-saat yang terindah”, atau melihat sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang merupakan makhluk terindah dari seluruh ciptaan Allah subhanahu wata’ala. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak lebih dari sekedar ciptaan Allah subhanahu wata’ala, namun beliau adalah makhluk terindah dari semua ciptaan Allah. Ketika seseorang mengingat bahwa ada sosok manusia yang paling baik dan ramah, paling berlemah lembut dan berkasih sayang, dimana ketika ada orang datang kepadanya dengan penuh dosa maka beliau doakan dan dimohonkan pengampunan kepada Allah subhanahu wata’ala, bahkan musuh-musuh beliau berusaha dilindungi agar tidak semuanya meninggal agar kelak keturunan mereka bisa selamat dan mendapatkan hidayah, maka siapa yang tidak merindukan sosok manusia yang paling berlemah lembut seperti beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan ketika sayyidah Aisyah Ra sedang mencari jarum yang terjatuh di kamarnya di malam hari, dan di saat itu hanya ada pelita pelita yang cahayanya sangat kecil, setelah beberapa waktu dicari jarum itu tidak pula ditemukan, maka ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang dan masuk ke dalam kamar maka jarum itu pun terlihat dengan jelas, kemudian sayyidah Aisyah Ra berkata : “Wahai Rasulullah, betapa terangnya wajahmu”, cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berbeda dengan cahaya lampu yang mana cahaya lampu menyakitkan mata, namun cahaya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyakitkan mata, sehingga Allah menamakan beliau sebagai “Siraajan Muniira” ( cahaya yang terang benderang).

Ketika seorang sahabat datang kepada salah seorang istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana yang terdapat dalam Fathul Bari sahabat tersebut berkata : “Wahai Ummul mu’minin, gambarkanlah kepadaku bagaimana indahnya wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”. Dan diriwayatkan oleh sayyidina Ali dalam menggambarkan keindahan wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seakan matahari dan bulan beredar di wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil cermin dan berkata : “jika engkau ingin melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lihatlah ke cermin ini”, maka sahabat tersebut melihat ke cermin itu namun yang telihat bukanlah wajahnya tapi wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sahabat tersebut kaget dan heran bagaimana cermin itu bisa memperlihatkan wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Cermin itu dulu pernah digunakan untuk bercermin oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun setelah itu cermin tersebut tidak mau menampakkan wajah lain selain wajah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, bagaikan rekaman foto yang merekan wajah sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Saat ini kita berada di dalam bulan yang luhur bulan Muharram, dimana di bulan ini telah diselamatkan nabi Musa As dari kejaran Fir’aun, di bulan itu pula lautan terbelah agar Fir’aun tenggelam dan nabi Musa selamat dari kejarannya. Dan di bulan ini nabi Nuh dan kaumnya yang beriman diselamatkan dari banjir yang begitu besar, dan di bulan ini pula Allah subhanahu wata’ala melimpahkan banyak pertolongan kepada hamba-hamba-Nya, terlebih lagi untuk ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka perbanyaklah doa dan munajat kepada Allah subhnahu wata’ala. Teriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ke sepuluh bulan Muharram, dan hal ini merupakan puasa sunnah bukan puasa wajib, yang mana jika dikerjakan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak mendapatkan dosa, namun berbeda dengan hal yang wajib dimana jika dikerjakan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan mendapatkan dosa. Maka disunnahkan untuk berpuasa pada tanggal 10 Muharram, dan diriwayatkan dalam Shahih Muslim bahwa pahala puasa pada tanggal 10 Muharram menghapus dosa setahun yang lalu. Dan diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah memaksakan diri untuk berpuasa di suatu hari melebihi puasa pada tanggal 10 Muharram, kecuali puasa di bulan Ramadhan yang merupakan hal yang wajib, namun selain puasa ramadhan, diantara puasa sunnah yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah puasa 10 Muharram, dan disunnahkan juga untuk puasa pada tanggal 9 Muharram, karena ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dikabari bahwa orang Yahudi juga berpuasa pada tanggal 10 Muharram maka Rasulullah mengatakan bahwa di tahun yang akan datang beliau akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terlebih dahulu wafat sehingga tidak sempat melakukan puasa pada tanggal 9 Muharram, sebagaimana sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :

لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ َلأَصُوْمَنَّ التَاسِعَ

“ Jika aku masih hidup hingga tahun depan maka aku akan puasa tanggal 9 (Muharram)”

Dan Al Imam As Syafi’i berkata bahwa sunnah muakkadah untuk berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram, akan tetapi tidak apa-apa jika hanya berpuasa pada tanggal 10 Muharram saja. Bagi yang tidak mampu untuk berpuasa, seperti orang yang sudah sangat tua, orang-orang yang sangat sibuk dan banyak pekerjaan sehingga tidak mampu untuk berpuasa atau wanita-wanita yang sedang berhalangan (menstruasi) maka doakanlah orang-orang yang berpuasa agar diberi kekuatan dan puasanya diterima oleh Allah subhanahu wata’ala, atau dengan menyiapkan buka puasa untuk orang-orang yang berpuasa, itulah cara yang terbaik untuk orang yang tidak mampu berpuasa, agar tidak terlewat dari kemuliaan yang datang dari Allah subhanahu wata’ala.

Sampailah pada hadits mulia, dimana ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala di saat tidak ada naungan selain naungan Allah subhanahu wata’ala, naungan yang dimaksud adalah tempat berteduh dan berlindung dari panasnya matahari di padanga mahsyar kelak di hari kiamat, dimana jika matahari itu berpijar dengan panas seperti saat di padang mahsyar, maka tidak akan ada kehidupan di permukaan bumi ini, yang mana matahari itu tidak ada lagi cahayanya namun yang tersisa hanya panasnya saja yang gelap gulita, bagaikan bola hitam yang sangat panas dan menakutkan. Ketika itu semua cahaya sirna kecuali cahaya hamba-hamba yang beriman, yang dipimpin oleh cahaya manusia yang paling beriman, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Merekalah yang akan terang benderang dan cahayanya melebihi cahaya bintang-bintang, Allah Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi yang memberikan cahaya kepada hamba-hamba-Nya dengan cahaya ketenangan, cahaya kedamaian, cahaya kebahagiaan, cahaya kemudahan, dan cahaya keluhuran di dunia dan akhirat. Maha Suci Allah dan Maha Indah, dan betapa suci jiwa-jiwa yang menyembah Allah dan tidak menyamakan Allah dengan makhluk, sebagaimana firman-Nya:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

( الشورى : 11 )

“ Tidak ada sesuatu yang menyamai-Nya, dan Dia (Allah) Maha Mendengar dan Melihat”. ( QS: As Syuuraa)

Allah subhanahu wata’ala maha mendengar, namun pendengaran Allah tidak membutuhkan telinga, begitu juga Allah melihat namun penglihatan Allah tidak membutuhkan mata, dan Allah juga berfirman dengan menurunkan wahyu namun Allah tidak membutuhkan lisan, Allah subhanahu wata’ala juga berbuat atau melakukan sesuatu namun hal itu tidak membutuhkan jasad, dimana penglihatan Allah lebih agung dari penglihatan makhluk-Nya dan seluruh penglihatan makhluk bersumber dari-Nya, tidak satu pun makhluk melihat kecuali dari anugerah Allah subhanahu wata’ala, tidak pula satu pun makhluk mendengar kecuali dari anugerah Allah subhanahu wata’ala, dan makhluk tidak mampu menciptakan penglihatan dan pendengarannya sendiri, bahkan tidak mampu menciptakan asal muasal dirinya yang terbuat dari sel yang tidak terlihat mata. Allah subhanahu wata’ala Yang menciptanya, Allah Yang menghidupkannya di bumi kemudian dikembalikan ke alam barzakh, dan di alam barzakh akan datang malaikat setelah seseorang dimasukkan ke dalam kubur dan kemudian ditinggalkan oleh yang mengantarnya, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam riwayat Shahih Al Bukhari bahwa seseorang yang meninggal dan telah dikuburkan mendengar hentakan kaki orang-orang yang meninggalkan perkuburannya di saat itu, setelah itu datanglah malaikat memperlihatkan sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata : “Wahai Fulan, apa yang engkau ketahui tentang orang ini?”, maka jika ia adalah orang yang beriman ia akan menjawab :

هُوَ مُحَمَّدٌ هُوَ مُحَمَّدٌ

“Dia adalah Muhammad, dia adalah Muhammad”.

Namun jika ia adalah seorang yang munafik dan banyak berbuat dosa, maka ia akan menjawab : “Aku tidak mengenalnya”.

Dan saat-saat seperti itu akan datang kepada kita semua, semoga di saat jasad kita diturunkan ke liang lahat lalu ditutup dengan tanah, dan orang-orang yang mengantarkan kita mulai meninggalkan kita sendiri di perkuburan dan langkah-langkah mereka yang meninggalkan perkuburan terdengar oleh kita, dan ketika itu diperlihatkan kepada kita sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan ditanyakan kepada kita maka kita akan menjawab :

هُوَ مُحَمَّدٌ هُوَ مُحَمَّدٌ

“Dia adalah Muhammad, Dia adalah Muhammad”

Kembali pada hadits yang kita baca, bahwa ada 7 golongan yang dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat, dan dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar bahwa banyak yang akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat, namun cir i-ciri mereka terdapat dalam hadits ini, maka disebutlah dengan 7 golongan yang akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat. Pertama adalah seorang pemimpin yang adil, karena sangat berat untuk menjadi seorang pemimpin yang adil. Seperti contoh seorang ketua RT, yang mana dia juga mempunyai keluarga, mempunyai kesibukan atau pekerjaan yang lainnya, suatu hari sebelum adzan Subuh dan di saat semua orang masih tidur tiba-tiba rumah digedor dan ada teriakan : “Pak RT, rumah saya kemalingan” maka pak RT bangun dan langsung menuju ke rumah warga yang kemalingan, dan pak RT bingung apa yang harus diperbuat, jika maling masih di tempat mungkin barang bisa diambil kembali, namun si maling sudah tidak ada di tempat tersebu, maka pak RT berkata : “baik, akan segera saya urus dan laporkan ke polisi”, belum selesai pembicaraan pak RT dengan warga yang kemalingan, tidak lama kemudian datang warga lain mengadu : “Pak RT rumah saya kebanjiran gara-gara sampah yang menumpuk dibiarkan begitu saja tanpa diurus”, kemudian warga yang kemalingan berkata lagi : “Pak RT siapa satpam yang jaga semalam, padahal saya sudah bayar uang keamanan, bagaimana rumah saya masih bisa kecurian?”, kemudian warga yang kebanjiran berteriak : “Pak RT bagaimana ini, air mampet akhirnya rumah saya kebanjiran”, maka Pak RT segera menuju rumah warga yang kebanjiran dan mulai mengangkut barang-barang, tidak lama kemudian ada warga yang datang berteriak dan mengadu : “Pak RT, rumah saya kebakaran karena banyak kabel-kabel yang sudah lama dan perlu diganti namun tidak pernah diperhatikan, pak RT bisanya hanya ambil uang dari PLN saja, apa gunanya jadi ketua RT!”, padahal ketua RT juga mempunyai keluarga dan kesibukan dan yang lainnya namunyang disalahkan selalu ketua RT, itu baru tingkat RT, bagaimana lagi jika ketua RW, Kades, Lurah atau pemimpin yang di tingkat atasnya lagi. Oleh karena itu sangat sulit dan dengan susah payah untuk berusaha menjadi pemimpin yang adil dan sabar, maka seorang pemimpin yang adil seperti itu di hari kiamat akan dinaungi oleh Allah subhanahu wata’ala, dimana tidak ada tempat berteduh selain tempat berteduh yang diberi oleh Allah subhanahu wata’ala. Jadi jika di zaman sekarang kita sering mendengar wakil rakyat atau pemimpin yang berbuat salah maka hal itu wajar, karena untuk menjadi pemimpin yang baik di tingkat RT saja sangat sulit, maka terlebih lagi pemimpin di tingkat yang lebih tinggi. Maka benar yang telah disabdakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam: “Jika ada seorang muslim menjadi pemimpin, kemudian ia berbuat baik pada rakyatnya dan juga berbuat kesalahan, maka terimalah kebaikannya dan maafkan kesalahannya”. Jadi tidak perlu diadilikah?, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengetahui jika seorang pemimpin dinaikkan kemudian dijatuhkan lagi, maka yang gembira adalah musuh-musuh Islam, karena pemerintah dan rakyat saling hantam, para Ulama’ dan orang-orang yang baik dimasukkan ke penjara dimana hal itu merupakan akibat daripada saling hantam satu sama lain. Maka strategi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sangat sempurna adalah jika ada pemimpin-pemimpin yang tidak baik namun para Ulama’ mengetahui hal itu maka mereka akan semakin mendidik generasi yang baik yang kelak akan menggantikan kepemimpinan para pemimpin yang tidak baik, itulah strategi indah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Majelis Rasulullah ini juga merupakan strategi dalam membangun generasi yang baik, generasi yang rukun dan damai, generasi yang suka dzikir dan shalawat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Kedua, adalah seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, yaitu banyak beribadah kepada Allah, dimana sejak kecil sudah mempelajari dzikir, dari kecil anak-anak mereka didorong untuk hadir di majelis ta’lim atau majelis dzikir, maka pendidikan seperti ini sejak seseorang masih kecil merupakan hal yang sangat penting, karena sebagian besar kesuksesan itu muncul dari pemuda yang mulai meniti untuk mencapai keluhuran sejak usia muda, sejak masih muda sudah cinta dan suka hadir majelis, namun permasalahannya jika waktu final bola yang hadir majelis berkurang dan beruntungnya saya saat itu tidak hadir majelis, tetapi sampai kabar kepada saya bahwa yang hadir majelis berkurang karena ada final bola. Oleh karena itu kita selalu berusaha untuk mendidik diri kita agar semakin baik dan senantiasa merasa asyik dengan hal-hal yang luhur yang mampu untuk kita lakukan, jangan selalu mencari godaan syaitan untuk melakukan sesuatu yang tidak mampu kita perbuat, jika seseorang belum mampu untuk shalat tahajjud maka jangan dipaksakan untuk shalat tahajjud, dan jika shalat wajib 5 waktu belum dikerjakan dengan baik maka perbaiki dulu shalat yang 5 waktu tersebut, dan juga jika belum mampu jangan puasa sunnah dulu, namun perlahan-perlahan akan sampai kepada puncak keluhuran.

Ketiga adalah seeorang yang hatinya selalu terikat dengan masjid yaitu orang yang mencintai masjid, ada orang yang selalu duduk di dalam masjid namun hatinya berada di luar masjid dan ada juga orang yang jasadnya berada di luar masjid akan tetapi hatinya selalu di masjid dan golongan inilah yang dimaksud dalam hadits ini. Dalam hatinya ada keinginan untuk selalu dekat dengan masjid, ingin selalu shalat jamaah di masjid. Ada seseorang sangat cinta terhadap masjid Al Haram dan masjid An Nabawi maka dipajanglah foto masjid itu di rumahnya dan dilihatnya setiap hari hingga air matanya terus mengalir karena ingin memandangnya orang seperti inilah yang hatinya selalu terikat dengan masjid. Ada kelompok orang yang mengatakan jika tidak melakukan shalat di masjid maka shalatnya tidak sah, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana yang teriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari dan Shahih Muslim bahwa rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak juga melakukan tidak di masjid. Dan dalam madzhab Syafii shalat di masjid merupakan sunnah muakkadah, akan tetapi shalat di luar masjid pun tetap sah. Dalam hal ini terdapat permasalahan, datang seseorang bertanya kepada saya : “Bib saya sumpek dimana masjid dalam keadaan bersih kemudian datang sekelompok orang dan nginap di masjid, bawa kompor dan lainnya hingga berantakan dan mengotori masjid, setelah itu pergi tanpa membersihkannya terlebih dahulu, maka apa yang harus kami lakukan?, dalam hal ini kita pilih jalan tengah, jangan sampai kita mengusir orang Islam dari tempat ibadah karena mereka juga saudara kita seiman, namun berusaha untuk memberi tau orang-orang yang datang dengan tujuan i’tikaf di masjid untuk membersihkan masjid sebelum mereka pergi, jangankan masjid yang merupakan tempat ibadah, rumah sendiri saja kita ingin melihatnya selalu dalam keadaan bersih terlebih lagi masjid yang merupakan rumah Allah. Ada lagi pertanyaan, mengapa orang-orang Islam tidak mau mengajak saudara-saudaranya untuk shalat memenuhi masjid?, ketahuilah ibadah tidak hanya ke masjid saja, namun tidak mengganggu atau menggunjing orang lain juga termasuk ibadah, bekerja untuk bersedekah juga ibadah, menikah juga ibadah, mendidik anak pun termasuk ibadah, jadi bagi saudara-saudara kita yang sudah bergabung dalam jamaah ini dan selalu mengajak muslim yang lainnya untuk bergabung bersamanya, maka hal itu adalah hal yang bagus dan telah memiliki keberanian, namun jangan mencela orang yang tidak memperbuatnya.

Keempat adalah dua orang yang saling menyayangi karena Allah subhanahu wata’ala dan yang dimaksud bukanlah pacaran, namun saling mencintai dan menyayangi karena Allah adalah saling membantu untuk mencapai keluhuran ibadah, misalnya seorang teman tidak mengaji karena tidak mempunyai Al qur’an maka diberi pinjaman Al qur’an, atau temannya tidak hadir ke majelis karena tidak mempunyai kendaraan maka dipinjamin kendaraan karena mungkin kebetulan jika malam hari kendaraan saudara atau keluarganya tidak di pakai atau bisa juga berupa pernikahan, maka hal-hal yang seperti itu adalah saling menyayangi karena Allah dan berkumpul atau berpisah karena Allah, bukan karena masalah keduniawian. Namun jangan disalah artikan dengan mengatasnamakan pacaran adalah cinta karena Allah dan berpisah karena Allah, justru hal demikian adalah pertemuan dan perpisahan karena syaitan. Diperbolehkan ada hubungan antara lelaki dan wanita yang bukan mahram dengan syarat tidak melanggar syariat, sebagaimana dahulu di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam banyak para sahabat yang berbicara dan bertanya kepada ummul mu’minin, dan banyak wanita yang berdagang di pasar namun tetap menjaga norma-norma kesopanan dan tidak melanggar syariat. Jadi boleh saling kirim sms namun jangan sampai melewati batas dan mulai masuk pada hal-hal yang buruk, seperti mengajak untuk bertemu dan lainnya karena hal itu mendekati pada perbuatan zina yang dilarang oleh Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana firman-Nya:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

( الإسراء : 32 )

“Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk”. (QS. Al Isra’ : 32 )

Diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari dalam kitab Adab Al Mufrad dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa seseorang yang berzina dengan tetangganya maka dosanya jauh lebih besar daripada berzina dengan orang lain , mengapa? karena telah berkhianat kepada temannya sendiri. Yang kelima adalah seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita (atau sebaliknya) yang cantik dan kaya raya, namun lelaki itu menjawab : “Sungguh aku takut kepada Allah”, bukan karena takut di tangkap polisi atau dituntut ke pengadilan. Sebagaimana yang juga terjadi pada seorang wanita cantik dan mempunyai harta ia mendatangi seorang lelaki yang ahli ibadah dan mengatakan bahwa ia ingin berjima’ dengannya, maka lelaki itu menutup matanya, kemudian wanita itu mengatakan bahwa ia telah menggunakan penutup dan meminta lelaki itu untuk membuka matanya, namun ketika lelaki itu membuka matanya ia melihat wanita itu telah membuka seluruh pakaiannya, kemudian lelaki itu memalingkan wajahnya, maka Allah subhanahu wata’ala menjadikan wajah wanita itu gelap hingga ia wafat. Dan terdapat dalam riwayat yang shahih ketika seorang wanita shalihah akan berangkat ke sebuah tempat yang jauh bersama kafilah, maka seorang lelaki mengikutinya karena dia menyukai wanita itu, beberapa lama kemudian semua orang mulai tidur, namun wanita itu masih duduk dan belum tidur, kemudian lelaki itu mendekat kepadanya dan mengajaknya untuk berbuat keji karena semua orang telah tidur, maka wanita itu berkata : “apakah engkau yakin semua orang sudah tidur dan tidak ada yang akan melihat kita?”, maka lelaki itu pun kembali meyakinkan bahwa semua orang telah tidur,dan berkata kepada wanita itu : “betul semua orang telah tidur”, maka wanita itu berkata : “apakah Allah tidur dan tidak melihat kita?”, mendengar ucapan wanita itu maka lelaki itu tertunduk malu dan berkata : “iya betul Allah melihat kita”, wanita itu berkata lagi : “jika Allah melihat kita apakah engkau tidak malu kepada Allah, hingga engkau mengikutiku dari tempat yang jauh untuk berbuat hal itu kepadaku, dan jika engkau meninggal saat ini apa yang akan engkau jawab dihadapan Allah”, maka lelaki itu menutup mukanya karena malu dan kemudian pergi, setahun kemudian terdengar kabar bahwa telah wafat seorang wali Allah dan puluhan ribu orang yang mengantar jenazahnya ke pemakaman, dan setelah ditanya siapakah wali Allah yang telah wafat tersebut, ternyata dia adalah lelaki yang telah bertaubat di tangan wanita itu yang kemudian Allah mengangkat derajatnya hingga ia menjadi wali Allah subhanahu wata’ala. Yang keenam adalah seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, dan ada satu cara untuk hal ini dimana tangan kanan memberi namun tangan kiri tidak mengetahuinya, yaitu jika tangan kanan mengeluarkan uang untuk sedekah namun seakan-akan bukan untuk sedekah, caranya adalah jika melihat orang miskin yang berdagang setelah ditanya harga barang yang dijual misalnya ia adalah penjual kacang, kemudian ia menjawab : “sebungkus 1000”, namun dibayar 5000 dan tidak minta uang kembalian, maka hal itu adalah termasuk sedekah secara sembunyi, mungkin ketika si pembeli menyerahkan uang 5000 si penjual akan berkata : “maaf pak tidak ada kembaliannya”, lalu si pembeli berkata : “ya sudah ambil saja kembaliannya”, maka penjual pun tidak mengetahui kalau itu adalah sedekah. Atau jika melihat orang yang susah sedang berdagang dan ketika ditanya harga dagangannya, si pedagang menyebutkan harga, padahal jika ditawar harganya dibawah itu, namun pembeli tidak lagi menawar karena berniat untuk sedekah kepada penjual tersebut, hal itu pun merupakan sedekah secara sembunyi-sembunyi, hingga yang diberi sedekah pun tidak mengetahui kalau dia menerima sedekah, hal yang seperti itu pahalanya sangat besar. Dalam riwayat Shahih Muslim terdapat 2 pendapat yang mengatakan bahwa pahala yang sangat besar akan didapatkan bagi orang yang bersedakah dengan cara sembunyi-sembunyi, dan juga orang yang bersedakah secara terang-terangan dengan tujuan agar orang lain mengikutinya karena banyak orang yang kaya raya namun tidak ada yang mau mengeluarkan hartanya untuk sedekah, dan ketika seseorang bersedekah dengan terang-terangan, misalnya : “saya sedekah 1000 dolar”, maka orang kaya yang lainnya pun tidak mau kalah dan akan mengeluarkan uang untuk sedekah, maka dengan cara ini orang kaya yang enggan bersedekah akan terdorong untuk bersedekah. Dan jika ada orang yang ingin bersedekah secara sembunyi namun ketika melihat keadaan dimana orang-orang tidak ada yang mau mengeluarkan sedekah, kemudian ia bersedekah secara terang-terangan maka ia pun termasuk dalam golongan yang akan mendapatkan naungan Allah subhanahu wata’ala kelak di hari kiamat. Demikian indah firman Allah dan hadits nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam jika kita mau menelaahnya. Yang ketujuh adalah seseorang yang mengingat Allah dalam kesendirian lalu mengalir air matanya, maka kita berdoa dan berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah mengangkat derajat kita, demi kemuliaan malam 10 Muharram ini semoga Allah menyelamatkan kehidupan kita di dunia dan akhirah, menyelesaikan segala permasalahan kita di dunia dan akhirat, dan mengabulkan segala hajat kita Ya Rahman Ya Rahim…

فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا

Ucapkanlah bersama-sama

يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ
 
Sumber : www.majelisrasulullah.org , Sufiroad.blogspot.com
 

Kamis, 23 Juni 2011

PANDANGAN ULAMA MUTA’AKHKHIRIN TENTANG SYI'AH

Yang di maksud ulama’ muta’akhkhirin, ulama belakangan, yaitu ulama yang lahir dan berkecimpung dalam dunia keislaman, sesudah periode para Imam Madzhab, yaitu sekitar abad X Hijri. Mereka itu disebut muta’akhkhirin ( belakang), karena dasar-dasar ilmu, seperti Qawaid Nahwiyyah dan Sharfiyyah, Ushul Tafsir, Ushul Hadits dll, sudah mapan, bahkan pendapat-pendapat tentang berbagai masalah sosial yang berkaitan dengan ahkam sudah dibicarakan, sehingga hampir-hampir tidak ada lagi Qawaid yang perlu dibuat dan pendapat yang baru yang diketengahkan. Maka ulama mutaakhkhirin ini boleh dikatakan sekedar mentarjih (meneliti kembali mana yang pas dengan nash al-Qur’an dan Sunnah dan mana mana yang kurang pas) dan mengembangkan.

           Kendatipun demikian, ulama mutaakhkhirin ini juga mempunyai pandangan yang berbobot, tidak kalah bobotnya dengan ulama salaf atau ulama mutaqaddimin.
           Khusus tentang Syi’ah ini, ulama mutaakhkhirin juga mengadakan penilaian dengan argumentasinya sendiriyang akurat dan kuat.

           Berikut ini kami nukilkan beberapa pendapat mereka :

           Imam al-Alusi. Nama lengkapnya: Abul Fadhl, Syihabuddin, as-Sayyid Mahmud al-Alusi al-Baghdadi, wafat tahun 1270 H. Beliau menilai Syi’ah adalah kafir, karena jelas telah mencacimaki sahabat Nabi SAW.
           Kalaupun kaum Syi’ah itu mengaku sebagai pengikut ahlul bait, namun pegakuannya itu tidak bisa diterima. Kata al-Alusi:
كلا بل أتباع الشياطين , وأهل البيت بريئون منهم
           Sekali-kali mereka bukan pengikut ahlil bait, tetepi pengikut syetan, sementara ahlul baitsendiri berlepas diri dari mereka.
           Al-Alusi adalah pengarang Tafsir Ruhul Ma’ani, beliau juga mengarang beberapa buku khusus menyanggah Syi’ah, antara lain berjudul Mukhtashar at-Tuhfah al-Itsna Asyariyah, Sa,adatut Darain Fi Syarhi HaditsitsTsaqalain yang semula berbahasa Persi karangan Syaikh A.aziz ad-Dahlawi, diarabkan oleh Syukri untuk al-Alusi, dan Shabbul ‘Adzab ‘ala Man Shabbal Ash-hab,( Curahan adzab untuk orang yang mencacimaki Shahabat).
DR. Musthafa as-Siba'i. Beliau pernah bergaul dangan orang-orang Syi’ah beberapa tahun, dan salah seorang pelopor untuk mengadakan taqrieb (pendekatan) antara Sunny dan Syi'i. Namun, akhirnya beliau mengetahui hakekat Syi’ah dengan tersingkap kedoknya., maka akhirnya beliau mengatakan sbb.
فلا يزال القوم مصرين على ما في كتبهم من ذلك الطعن الجارح والتصوير المكذوب لما كان بين الصحابة من خلاف , كان المقصود من دعوة التقريب هو تقريب أهل السنة إلى مذهب الشيعة , لا تقريب المذهبين بعضها من بعض.
Kaum (kelompok Syi’ah) ini ternyata tetap memegangi apa yang terdapat dalam kitab-kitab mereka, antara lain berupa cacian yang keji dan gambaran yang dusta terhadap perselisihan yang terjadi antara para shahabat. Sementara tujuan mereka mengadakan taqrieb adalah taqriebu ahli sunnah ila madzhabisy Syi’ah (mendekatkan golongan ahli sunnah ke faham syi’ah), bukan pendekatan antara dua aliran tersebut satu sama lain.

Selanjutnya beliau juga  mengatakan:

ويكاد المسلم يقف مذهولا من هذه الجرأة البالغة على رسول الله لولا أن يعلم أن هؤلاء الرافضة أكثرهم من الفرس الذين تستروا بالتشيع لينقضوا عري الإسلام أو ممن أسلموا ولم يستطيعوا أن يتخلوا عن كل آثار ديانتهم القديمة , فانتقلوا إلى الإسلام بعقلية وثنية لا يهمها أن تكذب على صاحب الرسالة ( السنة ومكانتها في التشريع ص 59 )   
Hampir saja kaum muslimin dibuat bingung oleh kelancangan yang keterlaluan terhadap diri Rasulullah SAW, seandainya kaum muslimin tidak tahu, bahwa golongan Rafidhah itu kebenyakan adalah berasal dari Persi yang menyamar dengan tasyayyu’ (mengaku kebenaran dakwaan Syi’ah) dengan tujuan untuk melepas buhul islam atau (melepasnya) dari orang-orang islam, sementara mereka tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh-pengaruh Agama mereka yang lama. Lalu mereka pindah kepada Islam dengan pemikiran animisme dengan tidak ambil pusing berdusta atas nama shahibur risalah ( Nabi Muhammad SAW ).
Muhammad Kazhim Habib mengatakan dalam bukunya ar-Riddah bainal Amsi wal Yauma, terbitan tahun 1977, tentang Syi’ah Imamiyah Ja’fariyah sbb:
وهؤلاء يسبحون في الكفر كما تسبح كريات الدم البيضاء في الدم أو كما يسبح السمك في الماء .
Mereka itu berenang dalam kekufuran, bagaikan gelembung darah putih yang mengapung dalam darah, atau seperti ikan berenang dalam air.

Rasyid Ridha, pengarang Tafsir al-Manar bersama Syekh Muhammad Abduh, telah membuka kedok Syi’ah dan sekutu-sekutunya setelah berjuang mati-matian untuk mengadakan taqrieb antara Ahli Sunnah dan Syi’ah. Namun, akhirnya beliau dikagetkan dengan cacian mereka terhadap aqidah ahli sunnah serta mengkafirkan golongan ahli sunnah. Akhirnya Rasyid Ridha menentang mereka yang dituangkan dalam risalah beliau yang populer dengan sebutan “ As-Sunnah wasy-Syi’ah ”. Dalam bukunya itu dibongkar semua aqidah Syi’ah yang sesat itu. Karenanya, bohong orang yang mengatakan, bahwa Rasyid Ridha adalah orang Syi'i atau paling tidak, mengakui kebenaran Syi’ah.
Muhammad Nashiruddin Albani, seorang peneliti hadits secara tegas mengkafirkan pemimpin Ja’fariyyah, dengan alasan, bahwa sang pemimpin dengan terang-terangan telah menyindir Nabi SAW, (bahwa Nabi gagal), menganggap bahwa al-Qur’an (wahyu) turun kepada Fathimah selama 75 hari, dua shahabat besar Abu Bakar dan Umar dinilai sebagai kafir dan menetapkan do’a (kutukan) kepada dua berhala Quraisy, yaitu Abu Bakar dan Umar.
Demikian, sebagaimana dikutip dari majalah al- Muslimin London, No. 137 Sabtu , 26 Muharram 1408 H.

PENILAIAN PARA ULAMA’ SALAF TENTANG SYI’AH IMAMIYYAH

Setelah mengikuti alur pemikiran dan aqidah syi’ah Imamiyyah seperti tersebut di atas, maka para ulama’ salaf, Abu Hanifah, Malik, Syafi'i dan Ahmad bin Hambal serta ulama’-ulama’ yang lain, juga ulama’ mutaakhirin berkesimpulan, bahwa syi’ah Imamiyyah adalah Dhalalah Mudhillah, sesat dan menyesatkan, yang segenap kaum muslimin perlu diperingatkan agar tidak terkecoh oleh propaganda-propaganda mereka yang manis, yang kadang-kadang kalau tidak ada penelitian yang cermat, akan cukup menggiurkan.

Berikut ini kami nukilkan beberapa penilaian para ulama’ itu, yang kami kutip dari kitab “Aqoid Syi’ah fil Mizan” oleh DR. Muhammad Kamil al-Hasyimi.
Imam Syafi'i mengatakan:

مارايت قوما اشهد بالزور من الرافضة

                                                     منهاج السنة 1/ 37 دار العروبة تحقيق د / محمد رشاد سالم
Saya belum pernah melihat satu pun kaum yang paling berani bersaksi dusta , selain  Rafidhoh.
Dalam riwayat lain, beliau juga mengatakan:

مارايت اشهد على الله  بالزور من الرافضة

Saya belum pernah melihat orang yang paling berani bersaksi dusta atas nama Allah, selain  Rafidhoh.
Imam Malik ketika ditanya pendapatnya tentang Syi’ah , beliau mengatakan:
لاتكلمهم ولا ترد عنهم فإنهم يكذبون
                                                                       منهاج السنة 1/ 37
Jangan kamu mengajak berbicara mereka, tetapi jangan kamu acuh terhadap mereka, karena mereka itu pendusta.
Diriwayatkan, bahwa dimajlis Imam Malik pernah disebut-sebut tentang Rafidhoh yang mencaci maki para shahabat, lalu beliau membaca ayat:
(محمد رسول الله والذين معه اشداء على الكفار)  إلى قوله: (ليغيط بهم الكفار)...... الاية. فقال: من اغتاظ عند ذكرهم فقد اصابته تلك الاية .
تفسير القرطبي – سورة الفتح ويقصد الإمام مالك رحمه الله بالإستشهاد بهذه الأية ان هؤلاء الذين يبغضون الصحابة ويغيظهم الصحابة هم اهل الكفر البواح - وقد سبق شرحه.
“ Muhammad adalah utusan Allah, sedang orang-orang yang bersamanya (para Shahabat) adalah orang-orang yang tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka”……..mereka itu tak ubahnya tanaman yang tunasnya susul-menyusul…….”karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir dengan keadaan mereka itu”………Karena itu: siapa yang merasa jengkel dengan disebutnya para shahabat itu, berarti dia terkena ayat ini, (maksudnya: orang-orang Syi’ah yang mencaci maki dan membenci shahabat itu adalah jelas kufur). Tafsir al-Qurtubi.
Imam Abu Hanifah berulang kali mengatakan:        
من شك فى كفرهم فقد كفر ......
Siapa yang ragu-ragu akan kekufuran mereka (Syi’ah), berarti dia sendiri tergolong kafir.
Syarik, seorang qodhi Kufah yang semasa dengan Imam Tsauri dan Abu Hanifah mengatakan:
أحمل العلم عن كل من لقيت إلا الرافضة, فإنهم يضعون الحديث ويتخذونه دينا.
                                                                                           منهاج السنة 1/ 28
Saya akan mengambil ilmu dari setiap orang-orang yang saya temui, kecuali Rafidhoh, karena mereka itu telah memalsu hadist dan menjadikannya sebagai agama.
Kata al-A’masy:
ادركت الناس وما يسمونهم إلا الكذابين, ولهذا اتفق الأئمة رحمهم الله كاالشافعى وابي حنيفة على رد شهادة الِشيعة وعدم قبولها لأنهم من الكذابين.
                                                                                           منهاج السنة 1/ 28
Saya mendapatkan manusia yang tidak dinamakannya melainkan sebagai pendusta. Karena itu para imam – rahimahumulloh – seperti Syafi'i dan Abu Hanifah sepakat menolak kesaksian syi’ah dan tidak mau menerimanya, karena  mereka termasuk pendusta-pendusta.
Ibnu taimiyyah berkata:
ورد شهادة من عرف بالكذب متفق عليه بين العلماء, وتنازعوا فى شهادة سائر اهل الأهواء, هل تقبل مطلقا؟ او ترد مطلقا؟ او شهادة اهل الداعية إلى البدع؟ وهذا القول الثالث هو الغالب على اهل الحديث, لا يروى الراوية عن الداعية إلى البدع ولا يقبل شهادته, ولهذا لم يكن فى كتبهم الأمهات كالصحاح والسنن والمساند الراوية عن المشهورين بالدعاء إلى البدع, وإن كان فيها الراويةعمن فيه نوع من بدعة كالخوارج والشيعة والمرجعة والقدرية .
                                                                                           منهاج السنة 1/ 40
Para ahli fiqh (fuqoha’) sepakat menolak kesaksian orang yang sudah dikenal pendusta, tetapi mereka masih berbeda pendapat tentang kesaksian semua ahli Ahwa’ (orang-orang yang mengikuti hawa nafsu) apakah kesaksiannya  itu mutlak diterima ataukah  mutlak ditolak? Atau apakah kesaksian orang-orang yang yang mengajak kepada bid’ah itu juga harus ditolak? pendapat ketiga inilah yang berkembang dikalangan ahli hadits, yaitu mereka tidak mau meriwayatkan riwayat yang berasal dari orang yang mengajak kepada bid’ah dan mereka pun tidak mau menerima kesaksiannya. Karena itu dalam kitab-kitab induk mereka seperti kitab-kitab shohih (as-Shohih) as-Sunan dan Masanid tidak pernah dijumpai ada riwayat dari orang-orang yang sudah dikenal sebagai mengajak kepada bid’ah-bid’ah, kendati ada juga disitu riwayat dari orang yang dapat dikategorikan sebagai bid’ah seperti Khawarij, Syiah, Murjiah dan Qodariyyah.
Abdullah bin al-Mubarak mengatakan:                                     
   الدين لأهل الحديث والكلام لأهل الرأي والكذب للرافضة.
المنتقى من منهاج الإعتدال صـ 480 للذهبي.
Agama itu bagi ahli hadits, kalam dan kelah itu bagi ahli rakyi sedang dusta itu bagi Rafidhoh.
Abu Zar’ah mengatakan:
إذا رأيت الرجل ينتقص احدا من أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم فاعلم انه زنديق, وذلك ان الرسول حق, وما جاء به حق, وإنما ادى إلينا ذلك كله الصحاية, وهؤلاء الزنادقة يريدون ان يجرحوا شهودنا ليبطلوا الكتاب والسنة فالجرح بهم أولى.
                                                                                   رسالة رب العالمين صـ 12
Apabila anda mengetahui ada seorang yang mencela salah seorang diantara para shahabat Nabi SAW, maka ketahuilah sesungguhnya dia itu adalah Zindiq (munafiq), sebab sesungguhnya rasul adalah benar, dan apa yang yang dibawanya adalah benar. Sedang yang membawanya itu semua kepada kita hanyalah para shahabat, sementara kaum zindiq ini memang bermaksud hendak menjelek-jelekkan kesaksian kita, guna membatalkan al-Qur’an dan as-sunnah. Karenanya, celaan  untuk mereka itu lebih pantas.
Al-Qodhi Abu Ya’la mengtakan:
        
الذى عليه الفقهاء فيمن سب الصحابة ان كان مستحلا لذلك كفر, وإن لم يكن مستحلا فسق ولم يكفر.
                                                                       الصارم المسلول لإبن تيمية صــ. 569
Yang telah menjadi pendirian para ahli fiqh (fuqoha’) tentang orang yang mencaci maki para shahabat, yaitu jika dia itu memgganggapnya yang demikian itu halal, maka berarti kufur, dan jika dia tidak menganggapnya halal , maka berarti fasiq, tidak sampai kufur.
Imam Thahawi pengarang Syarah Thahawiyah mengatakan:
ونحن نحب اصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم ولا نفرط فى حب أحد منهم ولا نتبرأ من أحد منهم ونبغض من يبغضهم وبغير الخير يذكرهم ولا نذكرهم إلا بخير وحبهم دين وإيمان وإحسان , وبغضهم كفر ونفاق وطغيان ( شرح الطحاوية ص 528 للطحاوي ). 
Kami mencintai para shohabat Rasulullah SAW. Tidak seorang pun yang kami sia-siakan dalam hal mencintai mereka itu. Kami juga tidak menyatakan berlepas diri dari seorang pun di antara mereka. Bahkan kami akan membenci siapa saja yang membenci mereka dan menyebut mereka dengan cara yang tidak benar. Dan kami tidak akan menyebut mereka itu kecuali dengan benar. Sebab, mencintai mereka itu termasuk agama, iman dan ihsan. Sementara membenci mereka adalah kufur, nifaq dan zhalim.
           Ibnu Hazm al-Zhahiri menyangkal para uskup yang menghujatnya,” bahwa Syi’ah telah menetapkan Qur’an yang ada ini sudah berubah (muharraf)”, dengan mengatakan sbb:
بأن دعوى الشيعة ليست حجة على القرآن ولا على المسلمين لأن الشيعة غير المسلمين.
           Anggapan Syi’ah seperti itu tidak bisa dijadikan alasan untuk menjatuhkan al-Qur’an dan kaum muslimin, karena Syi’ah itu Ghairul muslimin (bukan Islam).

POKOK-POKOK KEPERCAYAAN SYIAH IMAMIYYAH

       Seperti tersebut dalam buku-buku rujukan syi’ah Imamiyyah, yang juga Rafidhoh, al-Itsna Asy’ariyyah dan Ja’fariyyah, al-kafi lil kulaini, al-Ihtijaj lil Tibrisi, al-Istibahar lil Thusi, al-Amali lil Ibni Babawaih al Qummi, Kasyful Ghummah lil Ardubaili, Fashlul khithab fi Istbati Tahrifi kitabi Rabbil Arbab lil Tibrisi, Tafsir al-Ayyasy dll, maka dapatlah disimpulkan, bahwa pokok-pokok ajaran/kepercayaan Syi’ah al-Imamiyyah itu adalah sbb:
1. Semua khulafaur Rosyidin, selain Ali, yaitu Abu Bakar, Umar dan Utsman adalah kafir.
2. semua shahabat yang turut berbai’at kepada Abu Bakar adalah kafir.
3. Ummahatul mukminin, utamanya ‘Aisyah dan Hafshah adalah kafir.
4. Abu Bakar dan ‘Umar di sebut Shanam Quraisy, juga Thaghut, sedang ‘Aisyah dan Hafshoh adalah Jibt (berhala), semuanya perlu dikutuk. Dan siapa yang mengutuk beliau-beliau itu dijamin masuk surga.
5. Imam-imam mereka adalah ma’shum, dan berhak menentukan siapa-siapa ahli surga.
6. Imam-imam mereka itu tahu perkara Ghaib.
7. Sebelum terjadinya kiamat kubra, akan didahului dengan kiamat shughra, bersama dengan datangnya al-Qoim, imam ke dua belas yang kini dikatakan sembunyi di terowongan (sirdab), dan akan dibang-kitkan tiga orang, ‘Aisyah, Abu Bakar dan ‘Umar untuk diadili.
8. Al-Qur’an yang ada ditangan kaum muslimin sekarang ini, ada kekurangannya yang dilakukan oleh Utsman, antara lain surat al-Wilayah disebut juga surat Wasiah untuk Ali. Sementara Al-Qur’an yang komplit adalah 17.000 ayat, sedang Al-Qur’an yang berada ditangan kita  sekarang ini hanya 6263 ayat, Al-Qur’an tersebut disebut Mush-haf Fathimah, yang kini masih berada di tangan Imam kedua belas (al Qoim).
9. Abu Luklu’ah  si pembunuh Umar, adalah seorang pahlawan, dia adalah sahid yang dijamin masuk surga.
10.  Taqiyah, yaitu menyembunyikan apa yang menjadi keyakinan mereka sebenarnya,  dan ini merupakan keharusan  bagi pengikut syi’ah.
11.  Bara’ah, yaitu kesediaan untuk menyatakan bebas dan berlepas diri dari khulafaur Rosyidin (Abu Bakar, Umar dan Utsman) demi kesempurnaan iman kepada Allah dan Rasulullah SAW, yakni: siapa yang tidak mau menyatakan anti abu Bakar, Umar dan Ustman dinilai sebagai kafir.
12.  Raj’ah, artinya kembali, yaitu bahwa imam  yang kedua belas (Muhammad bin Hasan al-Askari) disebut juga al- Qoim, tidak mati, dan kini masih sembunyi. Pada satu saat dia akan kembali untuk memimpin dunia ini. Imam inilah yang oleh Khumaini dinilai sebagai paling sukses memperbaiki dunia, sementara nabi Muhammad SAW sendiri dan nabi-nabi sebelumnya tidak sukses.

Macam-macam Syi'ah

      Syiah, yang kini hangat dibicarakan ditanah air kita, karena aqidahnya dan perilakunya yang kontroversial dengan apa yang biasa berlaku di kalangan Ahlussunnah wal Jamaah atau kaum sunni itu, ternyata keberadaannya sudah cukup lama, sekitar abad II Hijriyyah, sebelum para ulama’ salaf, semisal Imam Abu hanifah, Malik, Syafi'i, dan Ahmad bin Hambal.

Firqoh syiah itu ternyata cukup banyak, yang paling populer ialah Zaidiyyah dan Rafidhah.
Zaidiyyah, yaitu aliran (firqoh) yang dipimpin oleh zaid bin Ali  bin husein bin Ali r.a.m. atas permintaan penduduk Kufah. Firqoh ini tidak ada sesuatu yang terlalu ganjil dengan faham ahlussunnah, kecuali masalah kekhilafahan Abu Bakar dan Umar rodhiyallahu ‘anhuma dalam kaitannya dengan ‘Ali bin Abi Tholib rodhiyallahu ‘anhu.  Bahwa Ali lebih afdhol ketimbang Abu Bakar dan Umar, tanpa menyangkal keabsahannya.
Rafidhoh, berasal dari kata rofadho, yang artinya menolak atau meninggalkan. Asal muasal firqoh ini, ialah karena ada sekelompok dari ahlu Kufah pengikut Zaidiyyah yang mengatakan seolah-olah Imam Zaid mengatakan bahwa Abu Bakar dan Umar adalah lalim dan telah berbuat kekejaman terhadap Ali r.a. karenanya, mereka akan selalu dibelakang Imam Zaid. Mendengar itu Imam Zaid menyangkal, katanya: “bahwa aku sama sekali tidak berkata begitu terhadap Abu Bakar dan Umar, bahkan aku menilainya beliau-beliau itu adalah orang-orang baik. Dan itu pula yang ku dengar sendiri dari ayahku (Ali bin Husein), bahkan beliau-beliau itu pernah menjadi pembantu datukku”.
Setelah sekelompok orang ini mendengar pernyataan seperti itu, lalu menyendiri dan memisahkan dari Imam Zaid. melihat gejala seperti itu, maka Imam Zaid mengatakan kepada mereka: “Rafadhutumuni” (kalian telah meninggalkan aku). Sejak itulah populer kelompok tersebut dikenal dengan nama “Rafidhoh”, artinya: golongan yang meninggalkan, atau yang menolak ucapan Imam Zaid.
Firqah rafidhah ini disamping menolak kekhilafahan Abu Bakar, Umar, dan Utsman, juga menetapkan bahwa, yang berhak menjadi khalifah (imam) sesudah Rasulullah SAW, adalah ‘Ali bin Abi Tholib. Para imam itu dianggapnya ma’shum, tidak pernah bersalah dan tidak mungkin salah. Karenan itu, firqoh ini juga dikenal dengan nama Imamiyyah, karena teori keimamahannya itu. Juga dikenal dengan nama al-Itsna ‘Asy’ariyyah dua belas. Karena imam-imam yang ma’shum yang berhak menjadi imam-imam manusia adalah dua belas, yaitu: 1. Ali. 2. Hasan. 3. Husein. 4. Ali bin Husein (Zainal Abidin). 5. Muhammad bin Ali (al-Baqir) 6. Ja’far bin Muhammad (Ja’far as-Shodiq).  7. Musa bin Ja’far. 8. Ali bin Musa (ar-Ridho) 9. Muhammad bin Ali (at-Taqiy). 10. Ali bin Muhammad 11. Hasan bin Ali al-Askari 12. Muhammad bin Hasan al-Askari.
Firqoh ini, dalam dunia kefiqihan mengikuti aliran Ja’far as-Shadiq. Karena itu sering pula menamakan dirinya Ja’fariyyah.
Jadi Rafidhoh, Imamiyyah, al-Itsna ‘Asy’ariyyah adalah satu macam.

Rabu, 22 Juni 2011

Kekufuran dan kesesatan Syi’ah Bag 3


Khomeini menghina Nabi Muhammad SAW.

Dalam kitab “limadza Kaffara Ulama al-Muslimin al-Khomeini” Imam wajih al-Madini menukil pidato Khomeini yang disampaikan pada tanggal 15 Sya’ban 1400 H. dan disiarkan oleh berbagai radio Iran. “sesungguhnya kelahiran Imam Mahdi adalah hari raya terbesar bagi umat Islam. Dan terbilang lebih besar dari kelahiran Nabi Muhammad.” 69)

Dari sinilah bermunculan fatwa dari para ulama Islam tentang kekufuran Khomeini. Dan dia (Khomeini) juga telah mengatakan, “semua Nabi telah datang untuk mendasarkan keadilan di dunia. Namun semua gagal hingga Nabi Muhammad pamungkasnya nabi, dan yang akan sukses meratakan keadilan di muka bumi adalah Imam mahdi al-Muntadlor. 70)

al-Khomeini dan wilayatu al-Faqihnya.


Khomeini dengan ajaran “wilayat faqihnya” (disaat Imam ghoib, maka kekuasaan umat dipegang oleh faqih yang adil) telah mempertuhankan diri. Karena dialah yang mencetuskan hukum, membuat Syari’at, sebagai tempat kembalinya semua permasalahan ummat (padahal segala sesuatu haruslah dengan putusan al-Qur’an dan Hadits), merasa lebih tinggi dari Nabi / Rasul (karena sebagai pengganti Imam yang ghaib), namanya dimasukkan pada adzan dalam (Allahu akbar, Komeini rohbar…,ini dibaca setiap adzan dan disegala tempat baik di Masjidil Haram) menyifati dirinya sebagai Ibrahim dan Musanya zaman ini, berhak memecat / mengangkat / membunuh atau memberi anugrah siapapun yang dikehendakinya, kekuasaanya diatas semua umat hingga presiden dan para fuqoha’ harus tunduk padanya karena dialah yang mengangkat / memecatnya…inilah diantara kesesatan-kesesatan Khomeini.71)



69) . limadza Kaffara Ulama al-Muslimin al-Khomeini: 15.
70) . Ibid: 14.
71) . Ibid: 55-66.

Kekufuran dan kesesatan Syi’ah Bag 2

Penghinaan pada Sahabat Rasulullah SAW.

Kemuliaan martabat Sahabat Rasulullah SAW bukan hanya diakui baginda Nabi sendiri, tetapi Allah SWT dalam kitab suci al-Qur’an telah menegaskan:

والسابقون الأولون من المهاجرين والأنصار والذين اتبعوهم بإحسان رضي اللـه عنهم ورضوا عنه وأعد لـهم جنات تجري تحتها الأنهار خالدين فيها أبدا ذلك الفوز العظيم

Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridlo kepada mereka dan merekapun ridlo kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya selama-selamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. Al-Taubah: 100).
Sabda Baginda Nabi Muhammad SAW 63):
اللـه اللـه في أصحابي ، لا تتخذوهم غرضا بعدي فمن أحبهم فبحبي أحبهم ومن أبغضهم فببغضي أبغضهم ومن آذاهم فقد آذاني ومن آذاني فقد آذى اللـه ومن آذى اللـه فيوشك أن يأخذه.
Maka dari itu siapapun yang mengecam atau membenci sahabat, dia menjadi kafir, karena jelas-jelas telah mengingkari hukum Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:64)
) ومن لم يحكم بما أنزل اللـه فأولئك هم الكافرون (
Artinya: “ Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir”. (QS. Al-Ma’idah: 44).
Namun Syi’ah dengan segala kekufurannya telah terang-terangan menghina para Sahabat Rasulullah SAW, diantara perkataan mereka adalah:
1.     al-Kasyi, gembong Syi’ah, meriwayatkan sebuah hadits yang diterima dari Abu Ja’far: “Seluruh Sahabat Rasul, sepeninggal Rasulullah SAW menjadi kafir kecuali tiga orang. Kemudian aku (al-Kasyi) bertanya kepada Abu Ja’far, “siapa saja mereka?”, jawab Ja’far, “Miqdad bin Aswad, Abu Dzar al-Ghifari dan Salman al-Farisi.”65)
2.     Ibnu Babaweh al-Qummi, seorang militan Syi’ah, pernah mengatakan kebohongan mengenai Umar: “ketika menjelang ajal, Umar berkata, “aku bertaubat dan memohon ampun kepada Allah dari tiga hal, yaitu: persekongkolanku dengan Abu Bakar dalam merebut kekholifahan dari yang berhak, menyerahkan kekholifahan kepada kaum Muslimin, dan mengutamakan kelompok muslimin dari muslimin lainnya.”66)
3.     al-Qummi juga telah menafsiri ayat 52 surat al-Hajj yang berarti: “dan kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasulpun dan tidak (pula) seorang Nabi dan seorang reformer , melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, setanpun memasukkan godaan-godaan tersebut keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu…”
Kata “dan seorang reformer” merupakan tambahan al-Qummi al-mal’un, dan menurutnya, penafsiran ayat tersebut mengatakan bahwa yang dimaksud dengan setan adalah Abu Bakar dan Umar. Kemudian Allah menghapus campur tangan setan tersebut dengan kehadiran Ali setelah Abu Bakar dan Umar.67)
4.     at-Thabrasi, meriwayatkan bahwa Nabi menjelang wafat berwasiat kepada Sayyidina Ali: “wahai Ali ! setelah aku wafat, seluruh istriku menjadi hakmu.” Ketika mendengar ucapan itu Aisyah menangis, sehingga hadirin mendengar tangisnya itu. 68)


63) . Syarh Aqidah at-Thohawiyyah: 551.
64) . Ibid: 545, as-Syaroful Mu-abbad: 218.
65) . Rijalul Kasyi: 12-13.
66) . Kitabul Khishal: 81.
67) . Tafsir al-Qummi: II/86.
68) . at-Thobrosi, al-Ihtijaj: 82.

Kekufuran dan kesesatan Syi’ah Bag 1

Perubahan al-Qur’an

Siapapun yang mengatakan bahwa al-Qur’an telah berubah, maka dia berarti telah menentang kesaksian Allah SWT dalam al-Qur’an:

إنا نحن نزلنا الذكر وإنا لـه لحافظون

Artinya: “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan benar-benar memeliharanya”. (QS. Al-Hijr: 09).

     Namun, Syi’ah dengan ajaran sesatnya telah mengatakan bahwa al-Qur’an telah dirubah oleh para Sahabat. Dan, Khomeini dalam kitabnya “Tahrirul Wasilah” mengatakan: “mush-haf yang ada pada orang-orang (selain Syi’ah) telah berubah, ditambah dan dikurangi.”49) diriwayatkan oleh al-Jazairi, bahwa ulama Syi’ah telah sepakat dengan “keshohihan” dan “kemutawatiran” hadits-hadits yang secara terang-terangan menyatakan adanya perubahan dalam al-Qur’an. 50)
Kamaluddin al-Bahrani dalam “Nahjul Balaghoh” menyebutkan tuduhan-tuduhan Syi’ah terhadap Utsman ra yang mengatakan membaca al-Qur’an dengan Qiro’at (bacaan) Zaid bin Tsabit. Kemudian Utsman membakar mushaf , dan membatalkan (menyatakan salah) isi al-Qur’an yang benar-benar diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. 51)
Seorang tokoh Syi’ah Ni’matullah al-Jazairi dalam kitabnya al-Anwar menyatakan bahwa; “banyak riwayat-riwayat dan hadits-hadits yang mengatakan bahwa bentuk asli al-Qur’an sebagaimana waktu diturunkan tidak ada yang menghimpun kecuali Amirul Mu’minin (Ali).” 52) Suatu hadits masyhur dikalangan Syi’ah yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Ya’kub al-Kulaini dan Jabir al-Ju’fi, ia mendengar Abu Ja’far berkata, “orang-orang yang mendakwakan dirinya sebagai penghimpun al-Qur’an dengan aslinya, adalah bohong. Sebab, tidak ada orang lain yang menghimpun al-Qur’an dengan aslinya kecuali Ali dan para Imam sesudahnya.” 53)
Seorang mufassir Syi’ah benama al-Kasyi mengatakan, “kesimpulan dari seluruh riwayat dan hadits yang dikatakan oleh Ahlul bait mengatakan bahwa al-Qur’an yang ada ditangan kita seluruhnya sesuai dengan al-Qur’an ketika diturunkan kepada Muhammad SAW. Bahkan didalamnya terdapat ayat yang bertentangan dengan ayat yang diturunkan kepada Muhammad SAW. Ada juga yang telah dirubah atau dihapus, dan banyak pula ayat-ayat yang dibuang. Lain dari itu semua, susunan ayatnya tidaklah sebagaimana susunan yang diridloi oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.” 54)
Itulah diantara penyataan-pernyataan sesat Syi’ah dalam masalah al-Qur’an yang jelas-jelas bertentangan dengan kebenaran janji Allah SWT dalam Surat al-Hijr ayat 9. maka dari itu, untuk meredam bahaya Syi’ah yang hendak meruntuhkan ajaran Islam, perlu dicamkan bahwa, “siapa saja yang merendahkan al-Qur’an, mencacinya, mendustakannya, mengingkarinya, ataupun mendustakan sebagian hukum yang telah disebutkannya, atau menetapkan apa saja yang telah dinafikannya, baik hal itu dilakukan secara sengaja atau atas keragu-raguan, maka dia adalah KAFIR,” sesuai dengan kesepakatan para ulama Ahlissunnah. 55) Allah SWT dalam Kitab-Nya telah berfirman:
) لا يأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه تنزيل من حكيم حميد(
Artinya: “Yang tidak datang kepadanya (al-Qur’an) kebathilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji”. (QS. Al-Fush-shilat; 42).
Disamping Syi’ah meyakini bahwa al-Qur’an yang ada ditangan umat telah dirubah oleh para Sahabat, mereka (Syi’ah) justru telah merubah ayat-ayat al-Qur’an. Diantaranya adalah:
1). ) ولقد عهدنا إلى آدم من قبل "كلمات في محمد وعلي وفاطمة والحسن والحسين والأئمة من ذريته" فنسي.56) 56)
Aslinya:
) ولقد عهدنا إلى آدم من قبل فنسي ...( (طه:115)
2). ) وإن كنتم في ريب مما نزلنا على عبدنا "في علي" فأتوا بسورة من مثلـه ( 57) 57)
Aslinya:
) وإن كنتم في ريب مما نزلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثلـه ( (البقرة: 23).
3). ) ولو أنهم فعلوا ما يوعظون به "في علي" وكان خيرا لـهم 58) 58)
Aslinya:
-   ) ولو أنهم فعلوا ما يوعظون به وكان خيرا لـهم ( (النساء : 66).
4). ) كبر على المشركين "بولاية علي" ما تدعوهم إليه( 59) 59)
Aslinya:
-   ) كبر على المشركين ما تدعوهم إليه ( (الشورى: 13)
5). ) فلنذيقن الذين كفروا "بتركهم ولاية أمير المؤمنين" عذابا شديدا ( 60) 60)
Aslinya:
-   ) فلنذيقن الذين كفروا عذابا شديدا ( (فصلت: 27).
6). هذا خصمان اختصموا في ربهم فالذين كفروا "بولاية علي" قطعت لـهم ثياب من نار ( 61) 61)
Aslinya:
) هذا خصمان اختصموا في ربهم فالذين كفروا قطعت لـهم ثياب من نار( (الحج: 19).
7). ) وقل الحق من ربكم "في ولاية علي" فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر ( 62) 62)
Aslinya:
) وقل الحق من ربكم فمن شاء فليؤمن ومن شاء فليكفر ( (الكهف؛ 29).


49) . Tahrirul Washilah: I/152.
50) . Fashlul Hithob: 30.
51) . Syarh Nahjul Balghog: XI/1.
52) . al-Anwar an-Nu’maniyyah.
53) . al-Kafi, kitabul Hujjah:I/228.
54) . Tafsir as-Showi, Muqoddimah: VI.
55) . Aqi-idu as-Syi’ah fil Mizan: 57.
56) . Ushulul Kafi, Kitabul Hujjah: I/484.
57) . Ibid.
58) . Ibid: 485.
59) . Ibid: 486.
60) . Ibid: 489.
61) . Ibid: 490.
62) . Ibid: 493.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More